Sementara kekerasan demi kekerasan terus terjadi, pembungkaman terhadap ekspresi politik orang asli Papua tengah berlangsung. Hal ini terbukti dari adanya penangkapan para jurnalis, pembungkaman kebebasan pers, dan pelarangan terhadap wartawan asing untuk melakukan liputan di Papua. Situasi ini masih diperparah dengan pelbagai kasus penangkapan sewenang-wenang dan penganiayaan yang dilakukan aparat terhadap aktivis pro demokrasi dan pembela hak asasi manusia di Papua. Semua itu menggambarkan buruknya kehidupan demokrasi di Papua. Tidak adanya kebebasan berpendapat dan berkumpul, menurut Angky, merupakan potret pengabaian konstitusi dan ancaman bahaya bagi cita-cita kesejahteraan dan pembangunan untuk rakyat.